Filosofi Pohon: Belajar dari Keluarga Ahok


(Disalin rekat dari Facebook Post 3 Juni 2017.)

Belakangan ini, ada banyak yang mempergunjingkan sikap Pak Ahok dan Bu Vero sekeluarga pasca vonis dan pencabutan banding.
Kenapa mereka tidak goyah? Bisa tetap tabah? Malah nyantai aja, tampaknya? Tetap menjalani hidup seperti biasa.

Hmm...... saya rasa kita perlu mengingat kembali kesaksian Pak Ahok beberapa waktu yang lalu. Saat baru menjabat sebagai gubernur, kalau tidak salah, beliau sempat mengutip ayat Alkitab, "Bagiku, hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan."

Ini merupakan gertakan serius yang ditujukan pada lawan-lawan politiknya. Dia menyatakan bahwa dirinya tidak takut mati, sekaligus tidak akan menyangkal imannya demi kuasa dan kedudukan. Beliau bahkan sudah berpesan pada istrinya, jika sampai ada apa-apa, kebumikan jenazahnya di Belitung, kampung halamannya. Jadi, mereka sekeluarga sudah siap.

They have nothing to lose.

TAPI, bukan sekadar itu.
Sepertinya Pak Ahok sengaja tidak mengutip lanjutan ayat itu:

"Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku BEKERJA MEMBERI BUAH."

Inilah filosofi POHON.
Pohon tidak gembar-gembor tentang segala usaha dan pencapaiannya. Dalam heningnya, dia hanya tahu KERJA! KERJA! KERJA!
Bukan demi dirinya sendiri, melainkan bagi orang lain. Begitulah pohon menjadi saluran berkat dan pemeliharaan Tuhan bagi dunia.

Dan seandainya pun suatu hari kelak pohon itu harus ditebang, kayunya tetap dapat digunakan menjadi perabot yang berguna bagi manusia. Bahkan dahan dan rantingnya pun masih bisa dipakai untuk memasak di dapur atau dijadikan api unggun yang menghangatkan di tengah dinginnya kegelapan malam.

Belajarlah dari pohon.
They have nothing to lose, but everything to give!

Komentar

Postingan Populer