Antara Ares dan Lucifer
(Disalin rekat dari Facebook Post 22 Juni 2017.)
Bagi Teman-teman penggemar DC yang kemarin terpukau habis oleh aksi Wonder Woman, saya minta maaf sebelumnya. Namun, film itu sama sekali tidak mengesankan bagi saya.
Memang iya, sih, penyampaiannya sangat bagus. Layak dinobatkan sebagai salah satu film superhero terbaik tahun ini. Tetapi bagi saya secara pribadi (garis bawahi “pribadi”) film itu mengecewakan karena segala sesuatunya serba tertebak. Tidak ada element of surprise di dalamnya.
Sedari awal saya sudah tahu alur ceritanya akan bergulir ke mana. Setelah adegan ini akan berlanjut dengan apa saja. Bahkan penokohannya pun begitu klise, langsung ketahuan motivasi, latar belakang, dan akhir yang ditentukan bagi tiap tokoh. Tapi, hmm... mungkin film superhero memang mudah diprediksi, ya. Entahlah.
Anyway, saya tidak ingin membicarakan tentang film itu, sebenarnya, namun lebih pada pelajaran apa yang dapat saya petik darinya.
Memangnya ada?
Oh, ada, dong. Sekalipun saya tidak terkesan, tetap ada poin-poin yang dapat saya gali darinya.
Pelajaran terpenting saya dapatkan justru dari tokoh antagonisnya, Ares.
“Aku tidak pernah memulai perang, kok. Aku hanya membisikkan ide dan kemungkinan kepada manusia. Dan mereka menindaklanjutinya. Merekalah yang saling menyerang dan berperang satu sama lain. Karena mereka LEMAH! Mereka tidak layak! Mereka begitu mudah dikendalikan oleh nafsu dan keinginan mereka sendiri.”
Pada adegan itulah otak saya mulai berpikir. Eh, bener juga, ya. Kalo dipikir-pikir lagi, sejak awal dunia diciptakan, Iblis tidak pernah menjebloskan manusia ke dalam masalah. Iblis tidak pernah mendorong manusia ke jurang, dengan satu jari pun. Dia hanya membisikkan kemungkinan dan gagasan kepada manusia. Manusialah yang bertindak dan menjerumuskan dirinya sendiri!
Coba pikir. Di Taman Firdaus, Iblis tidak menyodorkan buah terlarang itu pada Hawa dan memaksa dia memakannya. Iblis hanya mengatakan, “Kalau kamu makan buah itu, kamu akan tahu tentang yang baik dan yang jahat, sama seperti Tuhan.”
Dan itu FAKTA!
Ini mengingatkan saya, “Tiap-tiap orang dicobai oleh KEINGINANNYA SENDIRI, karena ia diseret dan dipikat olehnya” – bukan oleh Iblis! – “dan apabila keinginan itu telah dibuahi” – (ditindaklanjuti/ dilakukan) – “ia melahirkan dosa.”
Oh, Iblis senang sekali kalau manusia berbuat dosa.
Kenapa?
Karena dia berkesempatan untuk balas dendam pada Tuhan.
(Ada tambahan sedikit di sini: perlu diketahui bahwa Iblis itu tipe karakter yang kerjanya memanfaatkan orang atau hal lain untuk mencapai tujuan akhirnya. Dia tidak mau mengotori tangannya sendiri. Dalam kelicikannya, dia melimpahkan konsekuensi dan tanggung jawab pada pihak lain.
Jadi, paham, ya? Iblis menggunakan buah terlarang untuk menjebak manusia untuk berbuat dosa, dan memanfaatkan dosa manusia untuk melawan Tuhan. Jadi, sebenarnya dia bukan menyimpan dendam pribadi terhadap manusia. Dia ingin menghancurkan manusia karena itulah cara untuk menyakiti hati Tuhan.)
Setiap kali manusia berbuat dosa, Iblis berkesempatan untuk “menyodorkan bukti tindak kejahatan” kepada Tuhan sambil menantang, “Tuh, lihat, manusia yang Kau amat cintai itu. Nih, berdosa. Melawan kehendak-Mu. Melanggar sabda-Mu. Berbuat bodoh. Saling membinasakan. Menghancurkan bumi ciptaan-Mu. Lihat bukti-buktinya! Betapa lemahnya mereka! Betapa tak layak dan tidak berharganya makhluk yang Kau cintai itu untuk menerima cinta-Mu! Kau sudah keliru menciptakan mereka! Engkau salah besar jika melimpahkan cinta dan rahmat-Mu pada manusia! Kenapa Engkau tidak mencintai AKU?! Aku yang sempurna, yang mulia, yang tertinggi dari segala malaikat! Kenapa Engkau malah membuang aku yang terindah dari segala-galanya, dan memilih manusia lemah tak berharga itu untuk Kau cintai?! Kau betul-betul salah besar, Tuhan!”
Namun Tuhan tidak pernah salah.
Memang betul, manusia ini begitu lemah karena terpenjara dalam tubuh fisik yang penuh kekurangan, dikuasai hawa nafsu dan keinginan duniawi. Dan Tuhan itu sungguh pelik. Juga misterius. Dia memilih manusia untuk diisi-Nya dengan segala kebaikan dan kemuliaan-Nya. Itu sama seperti menyimpan harta karun dalam periuk tanah liat!
“Tetapi harta ini kami punyai dalam BEJANA TANAH LIAT, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.”
Pahamkah kita? Tuhan menghembuskan Roh-Nya ke dalam manusia sehingga manusia menjadi makhluk yang hidup. Itu berarti bahwa Dia mengambil sebagian dari DIRI-NYA dan menyimpannya dalam diri manusia. Betapa luar biasa berharganya harta yang Dia percayakan kepada manusia!
Keistimewaan ini tidak Dia berikan kepada para malaikat, termasuk Lucifer (yang sekarang kita kenal sebagai Iblis). Itulah yang membuat Iblis cemburu setengah mati pada manusia.
Setiap kali manusia tergoda oleh bujuk rayu Iblis dan membinasakan dirinya sendiri, Iblis bersorak kegirangan.
TETAPI, ingat, setiap kali manusia memilih untuk menolak tipu daya Iblis dan berpegang teguh pada jati dirinya sebagai penampung Roh Allah, di saat itulah kemuliaan Tuhan memancar dalam segala keindahan-Nya.
Kenapa? Karena kontras yang dihasilkan sangatlah besar!
Harta itu menjadi luar biasa berharga dan mulia JUSTRU KARENA disimpan dalam periuk tanah liat. Andaikan harta itu disimpan dalam peti berlapis emas murni, apanya yang tampak indah? Itu kan biasa.
Dan itulah yang tidak disadari dan tidak mau diakui oleh Iblis.
Namun itulah yang SEKARANG harus KITA pahami dan sadari!
Ingatlah siapa diri kita. Sekalipun tubuh kita ini sekadar tanah liat, yang suatu hari kelak akan hancur dan kembali menjadi debu, dalam diri kita terkandung harta rohani yang luar biasa mulia: Cinta Allah. Betapa amat berharganya kita di mata-Nya!
“Justru dalam kelemahan kitalah, kuasa-Nya menjadi sempurna.”
Bagi Teman-teman penggemar DC yang kemarin terpukau habis oleh aksi Wonder Woman, saya minta maaf sebelumnya. Namun, film itu sama sekali tidak mengesankan bagi saya.
Memang iya, sih, penyampaiannya sangat bagus. Layak dinobatkan sebagai salah satu film superhero terbaik tahun ini. Tetapi bagi saya secara pribadi (garis bawahi “pribadi”) film itu mengecewakan karena segala sesuatunya serba tertebak. Tidak ada element of surprise di dalamnya.
Sedari awal saya sudah tahu alur ceritanya akan bergulir ke mana. Setelah adegan ini akan berlanjut dengan apa saja. Bahkan penokohannya pun begitu klise, langsung ketahuan motivasi, latar belakang, dan akhir yang ditentukan bagi tiap tokoh. Tapi, hmm... mungkin film superhero memang mudah diprediksi, ya. Entahlah.
Anyway, saya tidak ingin membicarakan tentang film itu, sebenarnya, namun lebih pada pelajaran apa yang dapat saya petik darinya.
Memangnya ada?
Oh, ada, dong. Sekalipun saya tidak terkesan, tetap ada poin-poin yang dapat saya gali darinya.
Pelajaran terpenting saya dapatkan justru dari tokoh antagonisnya, Ares.
“Aku tidak pernah memulai perang, kok. Aku hanya membisikkan ide dan kemungkinan kepada manusia. Dan mereka menindaklanjutinya. Merekalah yang saling menyerang dan berperang satu sama lain. Karena mereka LEMAH! Mereka tidak layak! Mereka begitu mudah dikendalikan oleh nafsu dan keinginan mereka sendiri.”
Pada adegan itulah otak saya mulai berpikir. Eh, bener juga, ya. Kalo dipikir-pikir lagi, sejak awal dunia diciptakan, Iblis tidak pernah menjebloskan manusia ke dalam masalah. Iblis tidak pernah mendorong manusia ke jurang, dengan satu jari pun. Dia hanya membisikkan kemungkinan dan gagasan kepada manusia. Manusialah yang bertindak dan menjerumuskan dirinya sendiri!
Coba pikir. Di Taman Firdaus, Iblis tidak menyodorkan buah terlarang itu pada Hawa dan memaksa dia memakannya. Iblis hanya mengatakan, “Kalau kamu makan buah itu, kamu akan tahu tentang yang baik dan yang jahat, sama seperti Tuhan.”
Dan itu FAKTA!
Ini mengingatkan saya, “Tiap-tiap orang dicobai oleh KEINGINANNYA SENDIRI, karena ia diseret dan dipikat olehnya” – bukan oleh Iblis! – “dan apabila keinginan itu telah dibuahi” – (ditindaklanjuti/
Oh, Iblis senang sekali kalau manusia berbuat dosa.
Kenapa?
Karena dia berkesempatan untuk balas dendam pada Tuhan.
(Ada tambahan sedikit di sini: perlu diketahui bahwa Iblis itu tipe karakter yang kerjanya memanfaatkan orang atau hal lain untuk mencapai tujuan akhirnya. Dia tidak mau mengotori tangannya sendiri. Dalam kelicikannya, dia melimpahkan konsekuensi dan tanggung jawab pada pihak lain.
Jadi, paham, ya? Iblis menggunakan buah terlarang untuk menjebak manusia untuk berbuat dosa, dan memanfaatkan dosa manusia untuk melawan Tuhan. Jadi, sebenarnya dia bukan menyimpan dendam pribadi terhadap manusia. Dia ingin menghancurkan manusia karena itulah cara untuk menyakiti hati Tuhan.)
Setiap kali manusia berbuat dosa, Iblis berkesempatan untuk “menyodorkan bukti tindak kejahatan” kepada Tuhan sambil menantang, “Tuh, lihat, manusia yang Kau amat cintai itu. Nih, berdosa. Melawan kehendak-Mu. Melanggar sabda-Mu. Berbuat bodoh. Saling membinasakan. Menghancurkan bumi ciptaan-Mu. Lihat bukti-buktinya! Betapa lemahnya mereka! Betapa tak layak dan tidak berharganya makhluk yang Kau cintai itu untuk menerima cinta-Mu! Kau sudah keliru menciptakan mereka! Engkau salah besar jika melimpahkan cinta dan rahmat-Mu pada manusia! Kenapa Engkau tidak mencintai AKU?! Aku yang sempurna, yang mulia, yang tertinggi dari segala malaikat! Kenapa Engkau malah membuang aku yang terindah dari segala-galanya, dan memilih manusia lemah tak berharga itu untuk Kau cintai?! Kau betul-betul salah besar, Tuhan!”
Namun Tuhan tidak pernah salah.
Memang betul, manusia ini begitu lemah karena terpenjara dalam tubuh fisik yang penuh kekurangan, dikuasai hawa nafsu dan keinginan duniawi. Dan Tuhan itu sungguh pelik. Juga misterius. Dia memilih manusia untuk diisi-Nya dengan segala kebaikan dan kemuliaan-Nya. Itu sama seperti menyimpan harta karun dalam periuk tanah liat!
“Tetapi harta ini kami punyai dalam BEJANA TANAH LIAT, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.”
Pahamkah kita? Tuhan menghembuskan Roh-Nya ke dalam manusia sehingga manusia menjadi makhluk yang hidup. Itu berarti bahwa Dia mengambil sebagian dari DIRI-NYA dan menyimpannya dalam diri manusia. Betapa luar biasa berharganya harta yang Dia percayakan kepada manusia!
Keistimewaan ini tidak Dia berikan kepada para malaikat, termasuk Lucifer (yang sekarang kita kenal sebagai Iblis). Itulah yang membuat Iblis cemburu setengah mati pada manusia.
Setiap kali manusia tergoda oleh bujuk rayu Iblis dan membinasakan dirinya sendiri, Iblis bersorak kegirangan.
TETAPI, ingat, setiap kali manusia memilih untuk menolak tipu daya Iblis dan berpegang teguh pada jati dirinya sebagai penampung Roh Allah, di saat itulah kemuliaan Tuhan memancar dalam segala keindahan-Nya.
Kenapa? Karena kontras yang dihasilkan sangatlah besar!
Harta itu menjadi luar biasa berharga dan mulia JUSTRU KARENA disimpan dalam periuk tanah liat. Andaikan harta itu disimpan dalam peti berlapis emas murni, apanya yang tampak indah? Itu kan biasa.
Dan itulah yang tidak disadari dan tidak mau diakui oleh Iblis.
Namun itulah yang SEKARANG harus KITA pahami dan sadari!
Ingatlah siapa diri kita. Sekalipun tubuh kita ini sekadar tanah liat, yang suatu hari kelak akan hancur dan kembali menjadi debu, dalam diri kita terkandung harta rohani yang luar biasa mulia: Cinta Allah. Betapa amat berharganya kita di mata-Nya!
“Justru dalam kelemahan kitalah, kuasa-Nya menjadi sempurna.”



Komentar
Posting Komentar