Borderline Personality Disorder: Apakah Itu?

(Disalin rekat dari Facebook Post 14 Januari 2016.)

Lanjut, ya. Kali ini tentang BPD.

Bukan, bukan "Bank Pembangunan Daerah"!

BPD, dalam bidang psikiatri, adalah singkatan dari "Borderline Personality Disorder".
Kenapa disebut "borderline"?
Karena memang berada pada "ambang" antara "waras" dan "tidak waras". Itu sebabnya, kelainan jiwa ini dikenal juga sebagai "Gangguan Kepribadian Ambang".

Pengidap BPD tidak bisa digolongkan ke dalam kategori neurosis (gangguan kejiwaan ringan, yang membuat penderitanya beralih antara imajinasi dan realitas dari waktu ke waktu), apalagi schizophrenia (gangguan kejiwaan berat sampai terputus total dari realitas).

Ciri-ciri pengidap BPD, antara lain:

(1) Kelewat impulsif,

(2) Panik dan sangat takut ditinggalkan oleh orang lain, baik ketakutannya itu nyata maupun hanya imajinasi,

(3) Hubungan dengan orang lain selalu terlalu intens dan tidak stabil,

(4) Memiliki citra diri yang terlalu rendah (inferiority complex) atau terlalu berlebihan (illusion of grandeur atau megalomania),

(5) Impulsivitasnya merusak diri (mis. kecanduan belanja, makan berlebih-lebihan, ketagihan obat-obatan, dll.),

(6) Sering ingin bunuh diri (atau mengancam/berpikir untuk bunuh diri atau mencederai diri sendiri),

(7) Emosinya tidak stabil,

(8) Selalu dirundung kehampaan batin,

(9) Mudah marah meledak-ledak dan tak terkendali tanpa alasan yang kuat, dan sulit menguasai emosinya,

(10) Sering paranoid.

*

Beberapa jenis BPD yang sering kita jumpai dalam masyarakat (namun hampir selalu salah kita pahami) antara lain:

(1) Megalomania --> kondisi psiko-patologis yang ditandai dengan fantasi delusi kekuasaan, relevansi, atau kemahakuasaan.

Juga bisa dikatakan sebagai “narcissistic personality disorder”, penyimpangan kepribadian karena menghargai diri sendiri atau kelompoknya secara berlebihan (selalu merasa diri dan golongannya paling benar, paling hebat, tidak mungkin salah, suka memanfaatkan hukum atau agama untuk membenarkan diri, memusuhi semua orang/pihak yang tidak sejalan dengannya, cenderung mengarah pada anarkisme).

Sepertinya kita sudah sangat sering menjumpai golongan ini dalam kehidupan berbangsa dan berpolitik di Indonesia. Kita menyebut mereka "haters", padahal pada kenyataannya, mereka "psychos".

(2) Mythomania --> disebut juga "compulsive lying disorder".

Pengidapnya boleh dibilang sebagai "pathological liar", karena dirinya selalu berbohong dan merekayasa fakta atau memelintir kebenaran, TANPA disadarinya sendiri. Seorang mythomane selalu yakin bahwa dirinya berkata jujur, padahal menyebar-nyebarkan fitnah. Dia sepenuhnya beranggapan bahwa segala tindakannya tulus, padahal pada realitasnya dia memanfaatkan orang lain demi kepentingannya pribadi.

Jika tidak paham, kita bisa menganggap mereka golongan munafik, atau jahat, atau penipu, sedangkan pada kenyataannya, mereka sakit. Mereka mengidap kelainan kejiwaan yang harus ditangani.

Masalahnya, kelainan ini tidak bisa disembuhkan. Hanya bisa diobati.

Mengapa tidak bisa disembuhkan?

Karena memang berkaitan dengan komposisi "white matter" dan "grey matter" dalam otak pengidapnya. Penderita mythomania memiliki lebih banyak "white matter" dalam otak mereka, yang mengakibatkan mereka memiliki kecenderungan untuk selalu mengatakan kebohongan.
Bisa dibilang, chemistry otaknya "cacat".

(3) Bipolar disorder --> gangguan kejiwaan yang mengakibatkan pengidapnya selalu mengalami perubahan emosi dan suasana hati yang ekstrem dan drastis dari waktu ke waktu. Seperti naik roller coaster.

Penderita bipolar disorder dapat selalu merasa emosinya terganggu dan tidak sabaran, hiperaktif, kurang tidur (insomnia), sulit berhenti bicara, merasa diri penting, kelewat bersosialisasi, sangat mudah lelah, terus menerus kecapekan, dan lamban memroses aktivitas mental dan fisik.

*

Seringkali, kita salah menafsirkan perilaku orang lain, dan menganggap mereka "toxic people", titik.

Tidak semua "toxic people" itu dengan waras memilih untuk menjadi "toxic". Ada sebagian di antara mereka yang pada dasarnya BUKAN jahat/munafik/gemar memanfaatkan orang lain/atau apalah yang kita labelkan atas mereka, tapi berperilaku sedemikian rupa karena mereka mengidap kelainan kejiwaan. Memang mereka sarat negativitas, tapi bukan karena kehendak mereka sendiri.

Mereka butuh pertolongan.

Memang BPD tidak bisa disembuhkan. Namun HARUS diobati agar tidak berdampak terlalu merugikan dalam kehidupan penderitanya dan juga orang-orang dalam lingkup sosialnya.

Ada terapi khusus untuk membantu mereka menangani (meredam) gangguan kejiwaannya, yang disebut DBT (Dialectic Behavioral Therapy), dan mereka juga perlu mengonsumsi obat-obatan tertentu sesuai saran psikiater profesional.

*

Jika teman-teman kebetulan memiliki saudara atau kerabat yang mengidap BPD dan tidak menyadarinya (mayoritas mereka memang tidak sadar bahwa mereka sakit), bantulah mereka untuk mencari saran dan bantuan profesional. Namun jika teman-teman tidak ingin berdekatan dengan orang semacam ini, tidak salah juga. Tapi jangan lupa doakan mereka agar mereka segera dapat memperoleh pertolongan.

Jauh lebih mudah mengobati sakit fisik ketimbang sakit jiwa. Apa pun bentuknya.

Komentar

Postingan Populer