Empat Monyet Bijaksana
(Disalin rekat dari Facebook Post 8 Februari 2016.)
Salah seorang teman tadi mengingatkan saya tentang falsafah Tiga Monyet Bijaksana: "See no evil (Mizaru), hear no evil (Kikazaru), speak no evil (Iwazaru)".
Falsafah Buddhisme Jepang ini sebenarnya bersumber dari ajaran Konfusius, sekitar abad ke-2 sebelum Masehi, yang mengatur etika hidup bermasyarakat. Beliau mengajarkan, "Jangan melihat sesuatu yang tidak pantas, jangan mendengarkan sesuatu yang tidak pantas, jangan mengatakan sesuatu yang tidak pantas, dan jangan melakukan sesuatu yang tidak pantas."
Jadi, semestinya ada monyet keempat, yang mewakili "do no evil".
Sepertinya falsafah ini disederhanakan sekitar abad ke-8, dan monyet keempat tidak disertakan, sehingga yang beredar luas hingga kini adalah gambaran tiga ekor monyet -- yang satu menutupi matanya, yang lain menutupi telinganya, dan yang terakhir menutupi mulutnya.
Kendati demikian, para ahli sejarah terus menyelidiki asal muasal Tiga Monyet Bijaksana ini, dan menemukan bahwa ternyata ada satu ajaran penting yang -- entah kenapa -- luput dari penggambaran. Akhirnya, sekarang mulai banyak beredar gambar EMPAT Monyet Bijaksana. Monyet yang terakhir (Shizaru) meletakkan tangan di pangkuan, artinya tidak melakukan sesuatu yang tidak pantas.
Keempat monyet ini mengajarkan falsafah timur yang mendidik orang agar tidak bertindak menuruti pikiran/gagasan yang jahat atau tidak pantas.
Namun, di mata orang barat, yang lebih dinamis dan aktif, falsafah ini dipandang kurang baik, karena kesannya cenderung pasif. Tidak peduli. Tidak ambil pusing dengan masalah-masalah yang sedang bergolak di dunia. Berdiam diri saja pada saat mengetahui ada hal-hal buruk yang berlangsung di sekitar kita. Tidak ikut serta mengupayakan perubahan ke arah yang lebih baik.
Hmm....... ada betulnya juga.
Jadi, mungkin sebaiknya kita 'membalik' nada ajaran ini ke arah yang positif:
LIHATLAH yang BAIK.
DENGARKANLAH yang BAIK.
BICARALAH yang BAIK.
LAKUKANLAH yang BAIK.
See the good, hear the good, speak the good, and DO GOOD!
Salah seorang teman tadi mengingatkan saya tentang falsafah Tiga Monyet Bijaksana: "See no evil (Mizaru), hear no evil (Kikazaru), speak no evil (Iwazaru)".
Falsafah Buddhisme Jepang ini sebenarnya bersumber dari ajaran Konfusius, sekitar abad ke-2 sebelum Masehi, yang mengatur etika hidup bermasyarakat. Beliau mengajarkan, "Jangan melihat sesuatu yang tidak pantas, jangan mendengarkan sesuatu yang tidak pantas, jangan mengatakan sesuatu yang tidak pantas, dan jangan melakukan sesuatu yang tidak pantas."
Jadi, semestinya ada monyet keempat, yang mewakili "do no evil".
Sepertinya falsafah ini disederhanakan sekitar abad ke-8, dan monyet keempat tidak disertakan, sehingga yang beredar luas hingga kini adalah gambaran tiga ekor monyet -- yang satu menutupi matanya, yang lain menutupi telinganya, dan yang terakhir menutupi mulutnya.
Kendati demikian, para ahli sejarah terus menyelidiki asal muasal Tiga Monyet Bijaksana ini, dan menemukan bahwa ternyata ada satu ajaran penting yang -- entah kenapa -- luput dari penggambaran. Akhirnya, sekarang mulai banyak beredar gambar EMPAT Monyet Bijaksana. Monyet yang terakhir (Shizaru) meletakkan tangan di pangkuan, artinya tidak melakukan sesuatu yang tidak pantas.
Keempat monyet ini mengajarkan falsafah timur yang mendidik orang agar tidak bertindak menuruti pikiran/gagasan yang jahat atau tidak pantas.
Namun, di mata orang barat, yang lebih dinamis dan aktif, falsafah ini dipandang kurang baik, karena kesannya cenderung pasif. Tidak peduli. Tidak ambil pusing dengan masalah-masalah yang sedang bergolak di dunia. Berdiam diri saja pada saat mengetahui ada hal-hal buruk yang berlangsung di sekitar kita. Tidak ikut serta mengupayakan perubahan ke arah yang lebih baik.
Hmm....... ada betulnya juga.
Jadi, mungkin sebaiknya kita 'membalik' nada ajaran ini ke arah yang positif:
LIHATLAH yang BAIK.
DENGARKANLAH yang BAIK.
BICARALAH yang BAIK.
LAKUKANLAH yang BAIK.
See the good, hear the good, speak the good, and DO GOOD!



Komentar
Posting Komentar