Disney dan Dongeng Jelang Tidur
(Disalin rekat dari Facebook Post 23 Januari 2016.)
Zaman sekarang, saya sering bertanya-tanya, dari mana anak-anak kita mengetahui tentang kisah dongeng sebelum tidur? Apakah kita mendongengi mereka sendiri, seperti yang dilakukan orang tua kita dahulu? Atau mereka menontonnya dari film-film Disney?
Saya suka Disney.
(Memangnya siapa yang tidak suka?)
Namun, segandrung-gandrungnya saya dengan Disney, saya agak kurang setuju dengan cara perusahaan raksasa ini menyuguhkan cerita kepada pemirsanya.
Mungkin sebagian dari kita sudah tahu bahwa Disney selalu memelintir plot cerita yang diangkatnya dari legenda, cerita rakyat, mitologi, dan kisah nyata. Ambil yang bagus-bagus saja, dan hapus yang buruk-buruk. Entah demi tujuan mempermudah pemahaman penontonnya atau semata-mata demi menyajikan hiburan hebat yang bakal mendatangkan jutaan dolar bagi mereka.
*
Anak-anak yang mengetahui tentang berbagai dongeng 100% dari tontonan Disney, pasti tidak tahu bahwa:
- Ariel dan Eric tidak menikah dan hidup bahagia selamanya. Eric menikah dengan perempuan lain dan Ariel berniat membunuhnya. Namun pada detik terakhir dia tidak tega dan akhirnya memilih bunuh diri.
- Cinderella tidak mengusir ibu tiri jahat dan kedua kakak tirinya sesudah dirinya menjadi putri. Dia menyuruh prajurit kerajaan menangkap mereka dan menghukum mati ketiganya dengan sadis.
- Mulan tidak pulang ke kampung halamannya sesudah mengalahkan tentara Mongol lalu menikah dengan Zhang. Dia menghabiskan bertahun-tahun masa hidupnya memimpin pasukan hingga menjadi jenderal yang berkuasa dan ditakuti semua musuh. Dia baru pulang lama sesudahnya, setelah dirinya pensiun dari militer, dan tidak pernah berumah tangga.
- Hercules dan Megara memang menikah, dan mereka dikaruniai dua orang anak. Namun, selang beberapa tahun kemudian, Hercules terkena sihir yang membuatnya gila dan dia membunuh istri dan anak-anaknya dengan tangannya sendiri. Untuk menebus dosanya, dia harus bekerja bakti menunaikan 12 Tugas Besar.
- Elsa bukan putri baik hati yang kebetulan memiliki kekuatan super atas salju dan es. Dia seorang ratu penyihir cantik berhati dingin yang tinggal seorang diri di puncak pegunungan, kejam dan tak berperasaan.
- Dan kita akan kehabisan waktu jika harus membahas lusinan cerita lainnya menurut versi aslinya.
*
Singkatnya, anak-anak bisa terjebak pada pola pikir bahwa hidup pasti akan SELALU indah. Semenantang apa pun keruwetan yang mereka jalani, pasti akan SEGERA muncul 'tangan tak kelihatan' yang membantu mereka mencapai jalan keluar atau keberhasilan, tepat pada waktunya.
Belum tentu.
Kita, orang dewasa, tahu sendiri, bahwa hidup itu tidak selamanya indah. Hidup itu rumit. Penuh aral rintangan, darah, dan air mata. Dan seringkali, kepedihan itu mendera selama hitungan TAHUN! Bukan bulan. Bukan minggu. Apalagi hari atau jam!
Lalu, bagaimana?
Saya pribadi berpendapat, kisah-kisah Disney itu harus kita seimbangkan dengan versi aslinya. Setelah anak-anak menonton suatu cerita dongeng, sebaiknya kita jelaskan juga perbandingan dengan sumbernya, supaya mereka dapat memetik pelajaran dari sana.
Karena, bagaimana pun, dongeng dituturkan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi, sebagai TUNTUNAN MORAL bagi anak-anak, agar mereka dapat mengambil hikmah dari cerita yang diwariskan turun temurun itu, dan bertumbuh dewasa menjadi bijaksana menyikapi hidup.
Dongeng BUKAN semata-mata hiburan!
Jangan lupakan itu.
Zaman sekarang, saya sering bertanya-tanya, dari mana anak-anak kita mengetahui tentang kisah dongeng sebelum tidur? Apakah kita mendongengi mereka sendiri, seperti yang dilakukan orang tua kita dahulu? Atau mereka menontonnya dari film-film Disney?
Saya suka Disney.
(Memangnya siapa yang tidak suka?)
Namun, segandrung-gandrungnya saya dengan Disney, saya agak kurang setuju dengan cara perusahaan raksasa ini menyuguhkan cerita kepada pemirsanya.
Mungkin sebagian dari kita sudah tahu bahwa Disney selalu memelintir plot cerita yang diangkatnya dari legenda, cerita rakyat, mitologi, dan kisah nyata. Ambil yang bagus-bagus saja, dan hapus yang buruk-buruk. Entah demi tujuan mempermudah pemahaman penontonnya atau semata-mata demi menyajikan hiburan hebat yang bakal mendatangkan jutaan dolar bagi mereka.
*
Anak-anak yang mengetahui tentang berbagai dongeng 100% dari tontonan Disney, pasti tidak tahu bahwa:
- Ariel dan Eric tidak menikah dan hidup bahagia selamanya. Eric menikah dengan perempuan lain dan Ariel berniat membunuhnya. Namun pada detik terakhir dia tidak tega dan akhirnya memilih bunuh diri.
- Cinderella tidak mengusir ibu tiri jahat dan kedua kakak tirinya sesudah dirinya menjadi putri. Dia menyuruh prajurit kerajaan menangkap mereka dan menghukum mati ketiganya dengan sadis.
- Mulan tidak pulang ke kampung halamannya sesudah mengalahkan tentara Mongol lalu menikah dengan Zhang. Dia menghabiskan bertahun-tahun masa hidupnya memimpin pasukan hingga menjadi jenderal yang berkuasa dan ditakuti semua musuh. Dia baru pulang lama sesudahnya, setelah dirinya pensiun dari militer, dan tidak pernah berumah tangga.
- Hercules dan Megara memang menikah, dan mereka dikaruniai dua orang anak. Namun, selang beberapa tahun kemudian, Hercules terkena sihir yang membuatnya gila dan dia membunuh istri dan anak-anaknya dengan tangannya sendiri. Untuk menebus dosanya, dia harus bekerja bakti menunaikan 12 Tugas Besar.
- Elsa bukan putri baik hati yang kebetulan memiliki kekuatan super atas salju dan es. Dia seorang ratu penyihir cantik berhati dingin yang tinggal seorang diri di puncak pegunungan, kejam dan tak berperasaan.
- Dan kita akan kehabisan waktu jika harus membahas lusinan cerita lainnya menurut versi aslinya.
*
Singkatnya, anak-anak bisa terjebak pada pola pikir bahwa hidup pasti akan SELALU indah. Semenantang apa pun keruwetan yang mereka jalani, pasti akan SEGERA muncul 'tangan tak kelihatan' yang membantu mereka mencapai jalan keluar atau keberhasilan, tepat pada waktunya.
Belum tentu.
Kita, orang dewasa, tahu sendiri, bahwa hidup itu tidak selamanya indah. Hidup itu rumit. Penuh aral rintangan, darah, dan air mata. Dan seringkali, kepedihan itu mendera selama hitungan TAHUN! Bukan bulan. Bukan minggu. Apalagi hari atau jam!
Lalu, bagaimana?
Saya pribadi berpendapat, kisah-kisah Disney itu harus kita seimbangkan dengan versi aslinya. Setelah anak-anak menonton suatu cerita dongeng, sebaiknya kita jelaskan juga perbandingan dengan sumbernya, supaya mereka dapat memetik pelajaran dari sana.
Karena, bagaimana pun, dongeng dituturkan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi, sebagai TUNTUNAN MORAL bagi anak-anak, agar mereka dapat mengambil hikmah dari cerita yang diwariskan turun temurun itu, dan bertumbuh dewasa menjadi bijaksana menyikapi hidup.
Dongeng BUKAN semata-mata hiburan!
Jangan lupakan itu.



Komentar
Posting Komentar