Futurisme dan Kepunahan Tradisi
(Disalin rekat dari Facebook Post 10 April 2016.)
Membayangkan kecanggihan sistem masa depan itu tidak sulit:
- Komputer sudah tak lagi berbentuk laptop atau desktop. Untuk monitornya tersedia virtual touch screen, sedangkan untuk menjalankannya cukup dengan voice command.
- Uang tunai dan kartu debit/kredit tak lagi diperlukan. Orang bertransaksi dengan memindai microchip yang tertanam di pergelangan tangan.
- Transportasi tidak lagi menggunakan kendaraan, karena sudah ada yang namanya teleportasi. Jadi, selamat tinggal, dunia otomotif, jasa ekspedisi, dan kemacetan sehari-hari.
- Media sosial pun menjadi usang. Selamat datang, abad Virtual Reality! Kita bisa bertatap muka dengan siapa pun dari segala penjuru dunia, cukup dengan mengaktifkan visor (iya, alat mirip kacamata milik Cyclops di X-Men itu) yang dapat mengantarkan kita ke ruang virtual publik yang kita pilih dan berinteraksi dengan orang-orang yang nongkrong di situ.
- Lupakan tentang sekolah. Gedung sekolah dan perguruan tinggi akan menjadi museum. Anak-anak di masa depan bersekolah di rumah! Sistem pembelajarannya mandiri, bisa diunduh dan dipelajari sendiri. Jika butuh menghadiri kelas, tinggal masuk ke ruang virtual dan mengikuti penjelasan mata pelajaran yang dituturkan oleh guru/dosen virtual. Begitu pun untuk ujian.
Apakah sulit direalisasikan?
Sepertinya tidak. Naga-naganya, dunia memang akan segera bergulir ke arah itu. Apalagi dengan percepatan kemajuan teknologi masa kini.
Dan mengapa saya tiba-tiba membicarakan futurisme?
Gara-gara mata saya kecentok pada: "I don't think there will be room for traditional methods of conducting business and making payments in the future" dalam bacaan yang iseng saya telusuri.
DEG!
Membayangkan kecanggihan sistem masa depan itu tidak sulit:
- Komputer sudah tak lagi berbentuk laptop atau desktop. Untuk monitornya tersedia virtual touch screen, sedangkan untuk menjalankannya cukup dengan voice command.
- Uang tunai dan kartu debit/kredit tak lagi diperlukan. Orang bertransaksi dengan memindai microchip yang tertanam di pergelangan tangan.
- Transportasi tidak lagi menggunakan kendaraan, karena sudah ada yang namanya teleportasi. Jadi, selamat tinggal, dunia otomotif, jasa ekspedisi, dan kemacetan sehari-hari.
- Media sosial pun menjadi usang. Selamat datang, abad Virtual Reality! Kita bisa bertatap muka dengan siapa pun dari segala penjuru dunia, cukup dengan mengaktifkan visor (iya, alat mirip kacamata milik Cyclops di X-Men itu) yang dapat mengantarkan kita ke ruang virtual publik yang kita pilih dan berinteraksi dengan orang-orang yang nongkrong di situ.
- Lupakan tentang sekolah. Gedung sekolah dan perguruan tinggi akan menjadi museum. Anak-anak di masa depan bersekolah di rumah! Sistem pembelajarannya mandiri, bisa diunduh dan dipelajari sendiri. Jika butuh menghadiri kelas, tinggal masuk ke ruang virtual dan mengikuti penjelasan mata pelajaran yang dituturkan oleh guru/dosen virtual. Begitu pun untuk ujian.
Apakah sulit direalisasikan?
Sepertinya tidak. Naga-naganya, dunia memang akan segera bergulir ke arah itu. Apalagi dengan percepatan kemajuan teknologi masa kini.
Dan mengapa saya tiba-tiba membicarakan futurisme?
Gara-gara mata saya kecentok pada: "I don't think there will be room for traditional methods of conducting business and making payments in the future" dalam bacaan yang iseng saya telusuri.
DEG!



Komentar
Posting Komentar