Kakek dan Mangkuk Kayunya

(Disalin rekat dari Facebook Post 16 Maret 2016.)

Barusan melihat video bayi yang menjatuhkan mangkuk plastiknya, kok saya mendadak teringat cerita tentang kakek yang makan dari mangkuk kayu, ya?

Jadi, ceritanya seperti ini:

Ada keluarga kecil yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak mereka yang masih berumur lima tahun.
Suatu hari, keluarga mereka mendapatkan tambahan anggota baru. Kakek si bocah tidak bisa lagi tinggal sendirian di rumahnya setelah nenek meninggal, sehingga ia harus pindah ke rumah anak dan menantunya.

Kakek itu sudah tua dan sakit-sakitan. Matanya sudah rabun. Jalannya tertatih-tatih. Tangannya gemetaran. Setiap kali mereka duduk bersama di meja makan untuk bersantap, selalu ada saja masalah. Entah sup tumpah, gelas menggelinding, nasi berceceran di mana-mana, atau piring jatuh ambyar berkeping-keping di lantai.

Suami-istri itu pun kesal dengan kerepotan yang tiap hari ditimbulkan oleh kakek di meja makan. Jadi, mereka membelikan kakek mangkuk khusus dari kayu supaya tidak pecah jika dijatuhkannya, dan kakek harus makan di meja terpisah agar tidak mengotori meja makan mereka.

Diperlakukan seperti itu, kakek hanya bisa diam, dan hanya sanggup menatap sedih pada mereka bertiga yang makan bersama di meja makan besar, di seberangnya. Ia pasrah dan menerima bagiannya tanpa berkata-kata.

Nah, suatu hari, ayah dan ibu menemukan si kecil sedang mengumpulkan kayu-kayu bekas yang dipungutinya dari lantai, dan bertanya dengan heran, "Nak, untuk apa serpihan-serpihan kayu ini kamu kumpulkan?"

Anak mereka mendongak dan menjawab dengan polosnya, "Aku sedang menabung serpihan kayu untuk nantinya dibuat mangkuk kayu seperti punya kakek. Buat dipakai Mama dan Papa waktu makan, kalau Mama dan Papa nanti sudah tua."

JLEB!

Saat itu juga, keduanya menyadari bahwa mereka sudah melakukan kesalahan fatal. Bukan saja mereka telah tidak berbakti pada orang tua, namun mereka juga sudah mengajarkan hal yang keliru pada anak mereka melalui sikap dan perilaku mereka terhadap kakek.

Mereka pun meminta maaf pada kakek, dan mulai hari itu, kakek kembali makan di meja makan besar, bersama seisi keluarga. Dan tak satu pun dari mereka pernah mengeluhkan lagi tentang nasi yang berceceran atau kuah yang menumpahi taplak meja atau gelas yang terguling.

Namun setidaknya, tidak ada lagi piring pecah berhamburan ke mana-mana.

Komentar

Postingan Populer