Kisah Tiga Putra Pewaris Takhta
(Disalin rekat dari Facebook Post 10 Maret 2016.)
Entah Teman-teman sudah pernah mendengar kisah perumpamaan ini atau belum. Jika sudah, ada baiknya mengingat kembali. Jika belum, mungkin ada hikmah yang dapat dipetik darinya.
*
Alkisah, ada seorang penguasa yang memiliki tiga orang putra.
Putra pertama berperawakan tinggi besar dan tenaganya kuat (sekaligus temperamental). Putra kedua lebih mengutamakan logikanya (kadang juga disertai siasat). Putra ketiga cenderung pendiam dan tak banyak tingkah (seringkali menghabiskan waktunya di perpustakaan atau tepi danau yang tenang).
Seiring berjalannya waktu, ayah mereka bertambah tua. Beliau menyadari bahwa waktunya sudah tiba untuk menentukan ahli waris utamanya.
Maka ia pun memanggil ketiga orang putranya itu, untuk memberi mereka ujian. Putra yang lulus ujian akan menjadi pewaris kekuasaannya.
Ujiannya sederhana: menemukan arloji yang disembunyikannya di sebuah gudang tak berpenghuni.
Putra pertama lebih dahulu memasuki gudang itu. Dengan tenaganya yang kuat, ia membongkar, mengangkat, dan memindahkan barang-barang, mencari arloji itu dari depan ke belakang, dari atas ke bawah. Namun, setelah berjam-jam, usahanya tak juga membuahkan hasil, hingga dirinya kelelahan.
Giliran putra kedua memasuki gudang. Ia cerdik. Dibawanya detektor logam bersamanya. Ia yakin pasti mampu menemukan arloji ayahnya. Namun, setelah lama mencari-cari ke seluruh penjuru gudang, detektor itu tidak juga mengisyaratkan keberadaan benda yang dicarinya tersebut. Akhirnya, ia pun menyerah.
Kemudian, putra ketiga memasuki gudang. Ayah dan kakak-kakaknya sangsi betul, mampukah si putra bungsu menemukan arloji tersebut?
Tak disangka, sepuluh menit kemudian, ia keluar dari gudang (yang sudah berantakan amburadul) itu dengan arloji di tangannya! Mereka semua terperangah!
"Bagaimana mungkin kamu bisa begitu cepat menemukan arloji itu?" tanya kakak sulungnya tak percaya.
"Alat apa yang kamu pakai untuk menemukannya?" selidik kakaknya yang lain, berhubung ia yakin adiknya tidak membawa perangkat apa pun saat masuk ke gudang, tadi.
"Saya duduk," jawabnya sambil menyerahkan arloji itu pada ayahnya yang tersenyum bangga.
"DUDUK??" kedua kakaknya terkejut.
"Iya, saya duduk bersila di lantai," jelas si putra bungsu. "Dan mendengarkan dengan saksama. Tak seberapa lama, saya bisa mendengar suara detak arloji itu dan menemukan lokasinya."
*
Kadang, masalah yang kita hadapi tidak bisa dipecahkan dengan otak maupun otot, melainkan membutuhkan ketenangan dan kedamaian batin untuk mampu menemukan solusi paling tepat.
Entah Teman-teman sudah pernah mendengar kisah perumpamaan ini atau belum. Jika sudah, ada baiknya mengingat kembali. Jika belum, mungkin ada hikmah yang dapat dipetik darinya.
*
Alkisah, ada seorang penguasa yang memiliki tiga orang putra.
Putra pertama berperawakan tinggi besar dan tenaganya kuat (sekaligus temperamental). Putra kedua lebih mengutamakan logikanya (kadang juga disertai siasat). Putra ketiga cenderung pendiam dan tak banyak tingkah (seringkali menghabiskan waktunya di perpustakaan atau tepi danau yang tenang).
Seiring berjalannya waktu, ayah mereka bertambah tua. Beliau menyadari bahwa waktunya sudah tiba untuk menentukan ahli waris utamanya.
Maka ia pun memanggil ketiga orang putranya itu, untuk memberi mereka ujian. Putra yang lulus ujian akan menjadi pewaris kekuasaannya.
Ujiannya sederhana: menemukan arloji yang disembunyikannya di sebuah gudang tak berpenghuni.
Putra pertama lebih dahulu memasuki gudang itu. Dengan tenaganya yang kuat, ia membongkar, mengangkat, dan memindahkan barang-barang, mencari arloji itu dari depan ke belakang, dari atas ke bawah. Namun, setelah berjam-jam, usahanya tak juga membuahkan hasil, hingga dirinya kelelahan.
Giliran putra kedua memasuki gudang. Ia cerdik. Dibawanya detektor logam bersamanya. Ia yakin pasti mampu menemukan arloji ayahnya. Namun, setelah lama mencari-cari ke seluruh penjuru gudang, detektor itu tidak juga mengisyaratkan keberadaan benda yang dicarinya tersebut. Akhirnya, ia pun menyerah.
Kemudian, putra ketiga memasuki gudang. Ayah dan kakak-kakaknya sangsi betul, mampukah si putra bungsu menemukan arloji tersebut?
Tak disangka, sepuluh menit kemudian, ia keluar dari gudang (yang sudah berantakan amburadul) itu dengan arloji di tangannya! Mereka semua terperangah!
"Bagaimana mungkin kamu bisa begitu cepat menemukan arloji itu?" tanya kakak sulungnya tak percaya.
"Alat apa yang kamu pakai untuk menemukannya?" selidik kakaknya yang lain, berhubung ia yakin adiknya tidak membawa perangkat apa pun saat masuk ke gudang, tadi.
"Saya duduk," jawabnya sambil menyerahkan arloji itu pada ayahnya yang tersenyum bangga.
"DUDUK??" kedua kakaknya terkejut.
"Iya, saya duduk bersila di lantai," jelas si putra bungsu. "Dan mendengarkan dengan saksama. Tak seberapa lama, saya bisa mendengar suara detak arloji itu dan menemukan lokasinya."
*
Kadang, masalah yang kita hadapi tidak bisa dipecahkan dengan otak maupun otot, melainkan membutuhkan ketenangan dan kedamaian batin untuk mampu menemukan solusi paling tepat.



Komentar
Posting Komentar