Logika di Balik "Kasihilah Musuhmu"
(Disalin rekat dari Facebook Post 1 Juni 2017.)
"Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu."
Masuk akal?
JELAS ENGGAK!
Dan sudah barang pasti bertentangan dengan hasrat alami manusia. Secara naluriah, manusia tentu menuntut keadilan jika dianiaya. Minta ganti rugi kalau diperlakukan sewenang-wenang. Dan menunggu permintaan maaf jika sudah dihina. Wajib, tuh, hukumnya! Ada undang-undangnya, pula.
Tapi kita tidak sedang membicarakan hukum manusia, di sini.
Dan kalau dipikir-pikir, sebetulnya nasihat Mas Kris itu betul, lho. Dan LOGIS.
Coba kita pikir dari sudut pandang orang yang menyakiti kita.
Normalnya, manusia yang sehat tidak berlaku jahat kepada sesamanya. Jadi, jika seseorang berbuat jahat, itu tandanya ada yang tidak normal pada dirinya. Dia sakit, rusak, tidak berfungsi dengan sewajarnya.
Lalu, apa yang harus kita lakukan terhadap orang sakit?
Masa' tambah digebukin?
Nggak, kan? Harusnya, orang sakit itu diobati. Supaya sembuh.
Apa yang harus kita lakukan terhadap barang yang rusak?
Dibanting-banting biar tambah hancur?
Kenapa harus kita perlakukan begitu jika masih bisa direparasi?
Apa yang harus kita perbuat jika baju kecipratan lumpur?
Langsung dibuang ke tong sampah?
Lha apa gunanya deterjen dan air bersih, dong?
Jadi, begitulah perumpamaannya.
Orang membohongi sesamanya, bisa jadi karena dia sendiri ketakutan dan berusaha menutup-nutupi fakta agar masalah pribadinya tak terungkap.
Doakan agar dia diberkati, supaya bisa menemukan jalan keluar dari persoalannya.
Orang berlaku sewenang-wenang terhadap rekan kerjanya, bisa jadi karena dia menyembunyikan tekanan hidup yang harus ditanggungnya.
Doakan agar dia terbebas dari kesulitan apa pun yang membelenggunya.
Orang gemar menghakimi si A, B, C, sampai Z, bisa jadi karena dia memiliki harga diri yang amat rapuh.
Doakan agar dia menemukan jalan menuju jati diri yang benar.
Karena, jika manusia diberkati dalam hidupnya sehingga tak kekurangan lahir-batin, dengan sendirinya dia akan menjadi tenang, batinnya tidak gelisah, lalu mampu menjalani hidup dengan baik. Jika dia hidup baik-baik, maka tidak akan menyusahkan orang lain juga. Tidak lagi akan menyengsarakan Anda dan saya!
Logis, kan?
Jadi, kesimpulannya, tidak ada ruginya kita mendoakan yang baik-baik bagi mereka.
"Karena, dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar."
"Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu."
Masuk akal?
JELAS ENGGAK!
Dan sudah barang pasti bertentangan dengan hasrat alami manusia. Secara naluriah, manusia tentu menuntut keadilan jika dianiaya. Minta ganti rugi kalau diperlakukan sewenang-wenang. Dan menunggu permintaan maaf jika sudah dihina. Wajib, tuh, hukumnya! Ada undang-undangnya, pula.
Tapi kita tidak sedang membicarakan hukum manusia, di sini.
Dan kalau dipikir-pikir, sebetulnya nasihat Mas Kris itu betul, lho. Dan LOGIS.
Coba kita pikir dari sudut pandang orang yang menyakiti kita.
Normalnya, manusia yang sehat tidak berlaku jahat kepada sesamanya. Jadi, jika seseorang berbuat jahat, itu tandanya ada yang tidak normal pada dirinya. Dia sakit, rusak, tidak berfungsi dengan sewajarnya.
Lalu, apa yang harus kita lakukan terhadap orang sakit?
Masa' tambah digebukin?
Nggak, kan? Harusnya, orang sakit itu diobati. Supaya sembuh.
Apa yang harus kita lakukan terhadap barang yang rusak?
Dibanting-banting biar tambah hancur?
Kenapa harus kita perlakukan begitu jika masih bisa direparasi?
Apa yang harus kita perbuat jika baju kecipratan lumpur?
Langsung dibuang ke tong sampah?
Lha apa gunanya deterjen dan air bersih, dong?
Jadi, begitulah perumpamaannya.
Orang membohongi sesamanya, bisa jadi karena dia sendiri ketakutan dan berusaha menutup-nutupi fakta agar masalah pribadinya tak terungkap.
Doakan agar dia diberkati, supaya bisa menemukan jalan keluar dari persoalannya.
Orang berlaku sewenang-wenang terhadap rekan kerjanya, bisa jadi karena dia menyembunyikan tekanan hidup yang harus ditanggungnya.
Doakan agar dia terbebas dari kesulitan apa pun yang membelenggunya.
Orang gemar menghakimi si A, B, C, sampai Z, bisa jadi karena dia memiliki harga diri yang amat rapuh.
Doakan agar dia menemukan jalan menuju jati diri yang benar.
Karena, jika manusia diberkati dalam hidupnya sehingga tak kekurangan lahir-batin, dengan sendirinya dia akan menjadi tenang, batinnya tidak gelisah, lalu mampu menjalani hidup dengan baik. Jika dia hidup baik-baik, maka tidak akan menyusahkan orang lain juga. Tidak lagi akan menyengsarakan Anda dan saya!
Logis, kan?
Jadi, kesimpulannya, tidak ada ruginya kita mendoakan yang baik-baik bagi mereka.
"Karena, dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar."



Komentar
Posting Komentar