Mineral dan Vibrasi

(Disalin rekat dari Facebook Post 4 Maret 2016.)


Kadang orang salah kaprah dan menggeneralisasi wanita, bahwasanya semua perempuan itu menyukai perhiasan -- entah karena nilainya, atau untuk mempercantik penampilan.

Iya, iya. Tapi tidak semua.

Saya pribadi tidak menyukai perhiasan.
Saya menyukai BATUAN!

Bukan karena nilainya juga (saya tahu ada batu mulia yang harganya mencapai puluhan bahkan ratusan juta; yang miliaran pun ada). Tidak penting apakah suatu batu itu mahal atau tidak, asalkan vibrasinya sefrekuensi dengan saya, pasti saya merasakan ketertarikan terhadapnya.

Dulunya, saya tidak mengerti. Apalagi, saya sempat mendengar banyak takhayul dan cerita mistis yang beredar di masyarakat. Batu mulia seringkali dipandang sebagai benda ajaib atau jimat. Ada juga yang bilang, batu-batu tertentu ada yang 'berisi' roh atau kekuatan misterius tertentu, sehingga dapat mendatangkan keberuntungan, kekayaan, kesehatan, dan perlindungan bagi pemakainya -- namun jika dikenakan orang lain, akan mendatangkan nasib buruk dan kesialan.

Saya yakin takhayul ini masih banyak beredar di masyarakat modern. Sudah bawaan alami manusia, jika sesuatu tidak bisa dijelaskan secara logis, akhirnya dibawa ke ranah mistis.

Tapi ternyata ADA logika di balik 'kekuatan' batu-batuan. Plus penjelasan mengapa batu yang sama bisa mendatangkan pengaruh berbeda jika dipakai oleh orang yang berbeda.

Coba dipikir logis aja, deh. Batu itu apa, sih, sebenarnya?

Itu MINERAL, Teman-teman. Jika diselidiki di laboratorium dan dipecah menjadi unsur-unsur dasarnya, kita akan menemukan bahwa mereka terdiri dari bermacam-macam mineral. Berlian itu sebetulnya Karbon (C). Kecubung itu Silikon dioksida (SiO2). Mirah itu Alumunium oksida. Buka saja Wikipedia dan cari jenis batu yang kita kenal, pasti di sisi kanan langsung keluar penjelasan unsur kimianya.

Tapi, kenapa batu bisa mendatangkan pengaruh tertentu?

Balik ke Wikipedia, ya. Telusuri lebih lanjut dan kita akan menemukan struktur rantai kimianya. Batu, sama seperti segala hal di alam semesta ini, tersusun atas molekul, dan terbagi atas atom-atom. Mereka semua memiliki getaran atau vibrasinya masing-masing. Anggaplah semacam benda radioaktif beradiasi rendah. Tiap batu punya frekuensinya sendiri.

Begitu juga manusia.
Sudah pernah dengar yang namanya Chakra? Kalau belum, googling sendiri, deh. Ada tujuh Chakra utama dalam tubuh manusia. Tiap Chakra punya frekensinya masing-masing.

Sudah mulai bisa melihat benang merahnya?

Batu dengan frekuensi tertentu akan berpengaruh terhadap Chakra tertentu juga -- yang sefrekuensi dengannya. Dan berhubung kekuatan Chakra tiap orang itu berbeda-beda, alhasil batu yang cocok bagi masing-masing orang jelas berlainan.

Citrine, contohnya. Batu kuning cemerlang ini sefrekuensi dengan Chakra ulu hati, pusatnya energi dan aktivitas. Cocok untuk membuat orang semangat bekerja karena Chakra solarplexus-nya terstimulasi. Jadi, kalau kita sering lesu dan malas-malasan, batu ini bagus untuk membangkitkan energi dan kegembiraan bekerja. Tapi gara-gara takhayul, orang jadi salah kaprah, dikira batu ini sumber pesugihan!

Contoh lain lagi, mirah (ruby). Batu merah ini baik dikenakan oleh orang yang pendiam dan cenderung introvert, karena dia menggerakkan Chakra dasar (root chakra), sumber rasa percaya diri dan eksistensi kita. Batu ini mencegah orang merasa minder dan menutup diri. Namun jika dikenakan oleh orang yang ekstrovert dan gemar bersosialisasi, alamat mendatangkan kekacauan karena energi yang tersalurkan jadi berlipat-lipat ganda!

Begitulah penjelasan singkat yang sejauh ini saya dapatkan dari hasil menelusuri Internet (thanks, Pinterest & Wikipedia!) dan ngobrol-ngobrol dengan pakar batuan. Hal-hal semacam ini sungguh menarik untuk diulik. Dan... eh? Batu yang saya tampilkan di bawah? Oh, ini Opal. Lebih tepatnya Dragon Breath Opal. Cantik sekali, bukan? Semoga suatu hari kelak saya dapat menyaksikannya dengan mata kepala sendiri.

Komentar

Postingan Populer