Piknik, yuk?

(Disalin rekat dari Facebook Post 8 Maret 2017.)

Pernah dengar orang nyinyirin orang nyinyir?

"Hoax dipercaya. Dasar kurang piknik."
"Kerjaannya bete melulu. Kurang piknik dia kayaknya."
"Ngapain sibuk ngurusin urusan orang? Emangnya loe kurang piknik?"

Lah... apa hubungannya demen hoax (fitnah), sumpek, dan usil dengan PIKNIK?

Eh, Teman-teman, biarpun kedengarannya menyinggung, tapi beneran... faktanya mereka memang kurang piknik. Dan tanggapan nyinyir semacam itu sebetulnya LOGIS.

Orang yang sehari-harinya gampang termakan fitnah, percaya hoax (atau malah ikut-ikutan menyebarkannya), stres, suka bergosip, dsb. itu menandakan bahwa ada ketidakseimbangan dalam dirinya. Iya, kan? Karena orang yang seimbang jasmani, rohani, mentalitas, dan pemikirannya tidak akan seperti itu. Fitnah, depresi, curiga, dan segala bentuk negativitas itu datang dari batin dan pikiran yang kacau.

Itu sebabnya orang-orang kacau dan galau ini butuh piknik.
Kembali ke alam. Jauh dari distorsi kota besar.

Tuhan menciptakan alam semesta dan segala isinya itu serba seimbang. Ada harmoni di dalamnya. Ada pewaktuan ilahi. Ada musik abadi. Bahkan sepucuk ranting pun tidak akan jatuh dari dahannya sebelum waktu-Nya mengizinkan. Semua serba teratur dan selaras.

Manusia butuh kembali pada keselarasan itu. Sesekali, kita perlu menjauhkan diri dari segala yang artifisial dan digital. Supaya dapat mengembalikan frekuensi jiwa kita yang sumbang ke frekuensi Tuhan yang harmonis. Dan "membasuh batin" di alam merupakan salah satu resepnya.

Jadi, jika kita atau teman dekat kita sedang galau bin kacau, piknik ke alam bebas aja. Dan jangan lupa pulangnya mampir warung lesehan Sendang Raos.

Komentar

Postingan Populer