Reducetarian? Mengapa Tidak?

(Disalin rekat dari Facebook Post 30 Maret 2016.)
"Seandainya dinding rumah jagal terbuat dari kaca, orang sedunia bakal jadi vegetarian."

Sudah sering saya membaca kutipan kata-kata Paul McCartney di atas.
Dan tidak pernah berminat membagikannya.

Kenapa?
Karena saya tidak sepenuhnya setuju.

*

Begini... bukannya saya menyangkali kengerian yang luar biasa kejamnya dalam rumah-rumah penjagalan. Mendengar ulasannya saja saya jadi tidak nafsu makan berhari-hari! Ugh!

Jika mau tahu seperti apa neraka dunia itu, silakan masuk ke rumah jagal terdekat. Kesadisan yang berlangsung tiap hari di dalamnya melebihi batas-batas kemanusiaan, seakan-akan kita diperhadapkan pada iblis di depan mata.

Tapi... tahukah kita?
Setiap hari, prajurit ISIS menjagal rakyat sipil (baik yang Kristen maupun yang Muslim) di JALANAN, di depan mata penduduk kota, dengan ditonton oleh ANAK-ANAK, di tengah siang bolong!

Apakah dengan melihat orang digorok dan dicincang di depan semua orang, anak-anak itu kemudian menjadi ngeri? Trauma? Ketakutan?
Tidak.

Justru sebaliknya.
Mereka jadi TERKONDISI!

Mereka sudah terbiasa melihat tanah bersimbah darah. Mayat tanpa kepala teronggok di sudut jalan.
Mereka telah kebal menyaksikan penyiksaan dan kekejaman berlangsung sehari-hari. Tidak ada bedanya antara menyembelih manusia dengan menyembelih ayam.

Hal yang sama juga berlaku bagi tukang jagal.
Di hari pertama ia melakukan pekerjaannya, ia mungkin ketakutan. Ngeri. Merasa bersalah setelah membunuh hewan yang dijagalnya.
Namun setelah hari kesepuluh...? Hari keseratus...? Masih adakah bisikan nurani yang memberontak dalam batinnya?

Tidak.

Ia sudah tidak merasakan apa-apa. Telinganya sudah tuli terhadap jeritan pilu hewan-hewan yang dibantainya. Matanya sudah buta terhadap semburan darah yang membanjiri lantai di kakinya. Hidungnya sudah terbiasa mencium bau anyir dan kematian, tak lagi ada sebersit pun rasa mual menggelayuti ulu hatinya.

*

Jadi, kata-kata Paul McCartney itu, menurut saya, tidak bisa dijadikan patokan mutlak. Satu hal yang perlu diingat oleh kaum vegan dan vegetarian: Tidak semua orang memiliki hati, pola pikir, dan kepedulian yang sama.

Itu kabar buruknya.

Kabar baiknya?
(Oh, tentu ada kabar baiknya, dong.)

Menurut survei, angka permintaan daging di negara-negara maju belakangan ini merosot drastis. Kok bisa? Padahal jumlah penduduk yang vegan dan vegetarian tidak sampai 10% dari total populasi.

Ternyata, sejumlah besar penduduk memutuskan untuk menjadi "reducetarian", yaitu orang yang bukan vegetarian atau vegan (hardcore), namun mengurangi konsumsi daging dalam sebagian besar asupan hariannya, dan memperbanyak makan sayuran dan buah DEMI KESEHATAN pribadi mereka.

Terus terang, berusaha menyadarkan manusia untuk tidak makan hewan atas dasar WELAS ASIH itu sulit, Sodara-sodari.
Kenapa?
Karena sebagian besar manusia memang tidak welas asih! Cenderung egois, sih, iya.

Tapi, justru karena mayoritas orang itu egosentris, menghentikan makan daging demi kesejahteraan DIRI mereka sendiri itu jadi lebih mudah. Ternyata egosentrisme masih bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang positif.

Apa pun alasannya, baik itu welas asih yang idealis maupun egosentrisme yang pragmatis, yang jelas alam dan lingkungan diuntungkan dari fenomena ini. Begitu juga hewan-hewan yang tidak jadi disembelih hari ini. Dan besok. Dan di hari-hari mendatang.

"Semoga segala makhluk berbahagia."
Aamiin!

Komentar

Postingan Populer